“Masjid adalah rumah kaum yang bertaqwa. Barangsiapa yang menjadikan masjid sebagai rumah-Nya, Allah menjamin untuknya dengan Ruh (Jibril), rahmat, dan dapat melintasi ash-shirath (jembatan) menuju ke Surga.” == DKM AL-MUHAJIRIN PAJAGALAN SOREANG Kmp. PAJAGALAN SOREANG RT.02/04 Belakang Pasar SOREANG KAB.BANDUNG ==

Jumat, 24 Februari 2012

Hukum dari mencukur bulu kemaluan

Dalam sebuah hadis dinyatakan:

عن عائشة قالت قال رسول الله صلى الله عليه وسلم عشر من الفطرة قص الشارب وإعفاء اللحية والسواك والاستنشاق بالماء وقص الأظفار وغسل البراجم ونتف الإبط وحلق العانة وانتقاص الماء يعني الاستنجاء بالماء

Dari A’isyah radliallahu ‘anha, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada sepuluh hal dari fitrah (manusia); Memangkas kumis, memelihara jenggot, bersiwak, istinsyaq (menghirup air ke dalam hidung), potong kuku, membersihkan ruas jari-jemari, mencabut bulu ketiak, mencukup bulu pubis dan istinjak (cebok) dengan air. ” (H.r. Muslim, Abu Daud, Turmudzi, Nasa’i, dan Ibn Majah).

Keterangan: Hadis di atas menunjukkan bahwa mencukur bulu dan rambut tertentu hukumnya disyariatkan dan tidak terlarang.
Dalam riwayat yang lain, dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

خمس من الفطرة : الاستحداد ، والختان ، وقص الشارب ، ونتف الإبط وتقليم الأظفار
“Ada lima hal termasuk fitrah; Istihdad, khitan, memangkas kumis, mencabut bulu kemaluan, dan memotong kuku.” (HR. Bukhari, Muslim dan yang lainnya)

Imam as-Syaukani menjelaskan:
Istihdad adalah mencukup bulu kemaluan. Digunakan istilah istihdad, yang artinya mengunakan pisau, karena dalam mencukurnya digunakan pisau. Sehingga bisa dilakukan dalam bentuk dicukur (habis), dipotong (pendek),… (Nailul Authar, 1: 141)

 

 Tata caranya mencukur bulu kemaluan:


As-Syaukani membawakan perkataan Imam an-Nawawi:
Yang paling afdhal adalah dengan dicukur. Yang dimaksud bulu kemaluan adalah rambut yang tumbuh di atas kemaluan lelaki atau sekitarnya. Demikian pula rambut yang tumbuh di sekitar kemaluan wanita. Dinukil dari Abul Abbas bin Sarij, (termasuk bulu kemaluan) adalah bulu yang tumbuh di sekitar lubang dubur. (Nailul Authar, 1: 141)

 

Batas waktu mencukur bulu kemaluan:


Hendaknya, bulu dan rambut yang disyariatkan untuk dipotong, tidak dibiarkan lebih dari 40 hari. Dasarnya adalah hadis dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu. Beliau mengatakan,

وقت لنا في قص الشارب وتقليم الأظفار ونتف الإبط وحلق العانة أن لا نترك أكثر من أربعين ليلة
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan batasan waktu kepada kami untuk memotong kumis, memotong kuku, mencabuti bulu ketiak, dan mencukur bulu kemaluan, agar tidak dibiarkan lebih dari empat puluh hari.” (H.r. Muslim, Abu Daud, dan An-Nasa’i)


Allahu a’lam
BACA SELANJUTNYA - Hukum dari mencukur bulu kemaluan

Sabtu, 11 Februari 2012

Pengajian Maulid NABI MUHAMMAD SAW, DKM AL-MUHAJIRIN




Dalam suasana peringatan maulid Nabi Muhammad saw saat ini, tentu sangat layak kita merenungkan kembali keteladanan Rasulullah saw.
Allah SWT di dalam surat al-Ahzab ayat 21 memerintahkan kita untuk meneladani Nabi saw secara utuh, yakni meneladani semua keteladanan yang ada pada diri Nabi, bukan hanya sepenggal seraya mengabaikan yang lainnya. Tentu untuk itu, ajakan meneladani Nabi saw itu bukan sekadar ajakan untuk mengikuti akhlak Nabi saw. secara pribadi, sembari mengabaikan sebagian besar keteladanan Beliau pada aspek syariah lainnya seperti menerapkan syariah Islam secara kâffah dalam negara. Sebab yang demikian itu adalah bentuk pengkerdilan terhadap teladan Rasulullah saw., bukan memuliakan dan mengagungkan (takrîm[an] wa ta’zhîm[an]) Baginda Rasulullah saw.

Dalam Hal Tersebut Maka Kami DKM AL-MUHAJIRIN PAJAGALAN SOREANG, Mengajak Muslimin dan muslimat Semua Untuk Menghadiri Pengajian Maulid Nabi Muhammad SAW, Pada hari Senin 13 Februari 2012, Pukul 18.30 WIB (ba'da Maghrib), Tempat MASJID AL-MUHAJIRIN PAJAGALAN SOREANG dengan alamat: Kmp. Pajagalan Soreang RT. 02/04 Belakang Pasar Soreang Kab. Bandung-Jawa Barat.

BACA SELANJUTNYA - Pengajian Maulid NABI MUHAMMAD SAW, DKM AL-MUHAJIRIN

Jumat, 03 Februari 2012

Tidur Ala Nabi, Selain Sehat juga Berkah!

muhammad-rasul-allah
SUNGGUH suatu kenikmatan luar biasa menjadi seorang Muslim. Semua aktivitasnya bernilai pahala dan membawa keberkahan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan hal-hal yang dianggap biasa pun oleh manusia pada umumnya, dalam Islam tetap terdapat teladan dan aturan-aturan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Satu di antaranya adalah perihal tidur. Dalam Islam, aktivitas tidur menandakan tanda-tanda kekuasaan Allah yang begitu agung. Allah menciptakan malam untuk istirahat, dan siang untuk beraktivitas (‘jihad’). Maka bagi seorang Muslim, malam dan siang juga menjadi kesempatan istimewa untuk khusyuk beribadah kepada-Nya serta bekerja dengan penuh kesungguhan.
Tetapi bagaimana tidur yang berkualitas, tidur yang benar-benar memberikan manfaat langsung baik pada fisik maupun psikis, inilah yang banyak belum diperhatikan oleh kebanyakan umat Islam.
Hakikat dan Fungsi Tidur
Tidur sangat membantu terciptanya keseimbangan dalam kehidupan individu. Dengan demikian tidur tentu bukan perkara yang sepele. Justru ketika melihat fungsi dan peran tidur bagi kehidupan dan kesehatan manusia, sudah sewajarnya kita memperhatikannya dengan seksama.
Al-Qur’an sendiri menjelaskan bahwa tidur itu perlu dan penting, utamanya untuk kesehatan.

“Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat.” (QS. 78: 9).
Pernyataan Allah SWT ini jauh melebihi batas perkembangan ilmu pengetahuan. Di mana setelah itu, dalam perkembangan ilmu medis ikut menyebutkan, salah satu cara paling efektif dalam menjaga kesehatan adalah tidur (istirahat) yang cukup.
Menurut medis, tidur yang cukup sangat membantu penguatan sistem kekebalan tubuh pada manusia.
Bahkan Dr. Tauhid Nur Azhar dalam bukunya, “Jangan ke Dokter Lagi!” menyatakan bahwa, yang terpenting dan harus diperhatikan secara seksama ialah sistem kekebalan tubuh. Sebab dengan sistem kekebalan tubuh yang sehat fisik akan terjamin bebas dari berbagai penyakit.
Oleh karena itu tidur adalah perkara penting dalam keseharian kita. Kurang tidur yang terus-menerus kita alami akan menjadikan sistem imun manusia mengalami pelemahan. Khusus pada orang dewasa, kurang tidur bisa menyebabkan lemahnya kinerja sistem kekebalan tubuh (imun).
Sementara itu tidur yang cukup selain akan sangat membantu kita mengurangi rasa letih dan lesu juga akan mengurangi perasaan jengkel, kesal. Sebaliknya akan menstimulasi munculnya perasaan dan pikiran yang positif.
Tidurnya kaum Muslim
Kapan saat tepat kita harus tidur? Dan bagaimana cara kaum Muslim tidur?
Jika mengacu pada sistem kerja organ vital tubuh maka tidur yang baik adalah pada awal-awal malam, sekitar jam 8 malam. Sebab empedu aktif bekerja antara jam 11 malam hingga jam 1 dini hari. Sementara hati, mulai aktif bekerja mulai jam 1 malam.
Apabila pada jam-jam tersebut kita masih belum tidur, apalagi masih asyik makan-makan maka sebenarnya kita telah merusak alur tubuh kita sendiri.
Jadi upayakan untuk tidak tidur larut malam, apalagi begadang. Selain akan mengurangi kualtias tidur juga berpotensi merusak sistem kerja tubuh kita sendiri.
Fakta ini berkorelasi positif dengan hadis nabi yang memerintahkan umat Islam untuk bersegera tidur setelah sholat Isya.
“Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘allaihi wasallam membenci tidur malam sebelum (sholat Isya) dan berbincang-bincang (yang tidak bermanfaat) setelahnya (begadang).” [HR Bukhari dan Muslim)
Salah satu tanda kecintaan kita kepada Nabi kita adalah mencintai dan melakukan apa yang telah dikerjakan, termasuk tidurnya Rasulullah.
Semua perilaku Nabi dalam kesehariannya adalah teladan (uswah) yang baik. Berarti semua itu memberikan banyak manfaat dalam kehidupan kita.
Salah satu yang utama yang perlu kita ketahui dan kita teladani adalah perkara tidurntya Rasulullah saw.
Pertama, Rasulullah senantiasa berwudhu dahulu sebelum tidur.
“Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur), maka hendaklah berwudhu terlebih dahulu sebagaimana wudhumu untuk melakukan sholat.” (HR. Al-Bukhari)
Kedua, Berdoa sebelum tidur. Doa adalah senjata seorang Muslim. Oleh karena itu dalam segala hal, termasuk tidur hendaklah diawali dengan doa dan dzikir.
Rasulullah bersabda, “Barangsiapa tidur di suatu tempat tanpa berdzikir kepada Allah, maka ia pun akan mendapatkan hal yang dia sesali dari Allah.” (HR. Abu Dawud).
Aisyah ra juga meriwayatkan bahwa, ‘Apabila Rasulullalh menuju pembaringannya setiap malam, beliau mempertemukan kedua ltelapak tangannya, lalu meniupnya sambil membaca: “Qul huwallahu Ahad,” “Qul A’uudzu bi Rabbil falaq,” dan “Qul A’udzu birabbinnas,” kemudian mengusapkan kedua telapak tangannya ke sekujur tubuhnya, dimulai dari kepala dan wajahnya serta tubuh bagian depan. Demikian beliau mengulanginya sebanyak tiga kali. (HR. Bukhari Muslim, Tirmidzi, Ibn Majah, dan Abu Dawud).
Ketiga, miring ke kanan dengan menghadap qiblat
Hendaknya mendahulukan posisi tidur di atas sisi sebelah kanan (rusuk kanan sebagai tumpuan) dan berbantal dengan tangan kanan, tidak mengapa apabila setelahnya berubah posisinya di atas sisi kiri (rusuk kiri sebagai tumpuan). Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah: “Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu.” (HR. Al-Bukhari).
Riset ilmiah dunia medis menjelaskan bahwa ada keuntungan besar yang didapat ketika seseorang tidur miring ke kanan.
Di antaranya ialah menghalangai tekanan hati yang berlebihan pada lambung. Dapat mempercepat pengeluaran cairan di usus dan usus dua belas jari, berkat adanya gaya gravitasi, sebab mulut lambung menghadap ke bawah.
Selain itu juga mempermudah proses kerja batang tenggorokan sisi kiri, dimana organ ini dapat dengan cepat menghasilkan cairan lendir. Juga membuat rileks gerak jangung dan lambung, atau mengurangi tekanan pada keduanya.
Keempat, meletakkan tangan kanan di bawah pipi kanan
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila tidur meletakkan tangan kanannya di bawah pipi kanannya.”(HR. Abu Dawud).
Jadi, saatnya kita kembali memperhatikan tauladan kita dalam segala hal, terkhusus dalam hal tidur. Sebab tidur dalam Islam bukan sekedar memejamkan mata dan lelap dalam kelelahan tanpa nilai tambah atau keunggulan. Tidur dalam Islam adalah satu fase yang harus memberikan spirit baru untuk lebih produktif dalam berkarya untuk mewujudkan kesejahteraan umat manusia.
Dan pasti, tidak ada yang dicontohkan nabi kecuali terjamin dan terbukti unggul dan berpahala. Tidur seperti nabi adalah tidur yang sehat dan berpahala. Oleh karena itu, marilah kita teladani cara beliau dalam tidur. Semoga tidur kita adalah tidur yang bernilai pahala membawa berkah dalam kehidupan kita sehari-hari.
Hanya perlu diingat, meski tidur (istirahat) itu penting, Rasulullah dan ulama-ulama salaf berbeda dengan kita. Rasulullah dan para ulama sedikit makan, sedikit bicara dan sedikit tidur, karena waktu 2/3 malamnya digunakan menangis di hadapan Allah. Sementaranya bedanya dengan kita semua “sedikit-sedikit” makan, “sedikit-sedikit” bicara dan “sedikit-sedikit” tidur. Wallahu a’lam.


* Sumber: hidayatullah.com
BACA SELANJUTNYA - Tidur Ala Nabi, Selain Sehat juga Berkah!
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...